gotong royong
Mengapa Tari Kecak Uluwatu memilih konsep panggung terbuka ?
Tempat pertunjukan Tari Kecak UIuwatu berada di dalam kawasan Pura Uluwatu, kawasan yang sangat disucikan oleh umat Hindu di Bali ini memiliki luas ± 8 Hektar yang terdiri dari hutan konservasi yang disebut dengan Alas Kekeran, Lahan Parkir dan bangunan kios pedagang seluas 1 hektar, dan area pura yang ± 1 hektar.
Kawasan Pura Uluwatu selain sebagian merupakan hutan konservasi dan lahan parkir juga dimanfaatkan sebagai tempat pengembangan atraksi wisata budaya berupa tari kecak. Pertunjukkan tari kecak yang dipentaskan di stage yang dibangun di atas lahan seluas ± 6 are tersebut mengambil tempat yang sangat strategis dengan mempertimbangkan keindahan alam sekitar latar belakang untuk mendukung suksesnya pertunjukan.
Pada tahun 1999 ketika lokasi tempat petunjukan disepakati kemudian secara gotong royong anggota Tari Kecak Uluwatu mulai merancang dan membangun stage dengan kapasitas ± 700 orang. Stage yang dibangun dengan kayu dan bambu pada awalnya dibangun dengan dana yang sangat minim dengan bantuan dari beberapa donator yang ada pada saat tersebut. Karena sumber dana yang sangat sedikit, stage Tari Kecak Uluwatu ini kemudian hanya menggunakan perlatan dan bahan seadanya, dengan memakai tiang dari kayu yang diambil disekitar rumah-rumah penduduk dan sumbangan dari para anggota, juga memanfaatkan tumbuhan pohon bamboo yang tersebar dirumah-rumah warga sekitar. Hal ini juga mengakibatkan keseluruhan dana yang terkumpul pada saat tersebut tidak bisa untuk membuat atap pelindung pada bagian panggung dan tempat duduk penonton.
Seiring dengan pertumbuhan kunjungan wisatawan yang datang ke Pura Uluwatu Bali dan secara khusus menonton Tari Kecak Uluwatu, banyak masukan dan gagasan yang mendukung konsep panggung terbuka dengan alasan bahwa pemandangan yang dihasilkan akan sangat terbuka tanpa tertutupi oleh atap dan sangat memungkinkan untuk menciptakan suasana yang menyatu dengan alam sekitar. Selain itu keberadaan gugusan bintang yang sangat indah diatas Samudera Hindia menjadi alasan lain bagi pengelola untuk membiarkan panggung pementasan tetap dibiarkan terbuka. Wisatawan yang menonton Tari Kecak Uluwatu biasanya rela untuk berlama-lama berada di stage seusai pertunjukan hanya untuk menikmati pemandangan bintang-bintang yang begitu indah dilangit yang belum tentu mereka dapat nikmati dinegara tempat mereka berasal.
Walaupun kemudian stage Tari Kecak Uluwatu direnovasi dipenghujung tahun 2013, hanya dilakukan penataan lingkungan sekitar, mengganti tempat duduk dengan beton yang lebih solid tanpa ada menambahkan atap di atasnya. Tentunya dengan konsep panggung terbuka ini selain memberikan kelebihan-kelebihan seperti yang sudah ditulis diatas, juga menyisakan dampak dan pekerjaan tambahan bagi pengelola ketika dimusim hujan. Musim hujan yang biasanya datang dipenghujung tahun kerap membuat pengelola Tari Kecak Uluwatu untuk memindahkan pementasan ke indoor stage yang berada tidak jauh dari lokasi stage utama, namun memerlukan persiapan lebih untuk dapat pentas ditempat ini.