desa adat pecatu
Desa Pecatu
Tentang Desa Pecatu dan lingkungan
Desa Pecatu adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung, Bali. Desa yang memiliki luas wilayah 461.km2 dan penduduk yang mencapai 6.975 jiwa ini terletak paling ujung selatan Pulau Bali memiliki segudang potensi yang dapat dikembangkan untuk menunjang ketahanan ekonomi masyarakatnya. Desa Pecatu terdiri dari 9 Banjar Dinas dan 3 Banjar Adat, 16 kelompok tani yang sering disebut dengan Tempekan sebagai organisasi adat paling terbawah yang mempunyai kewajiban sama dalam hal adat dan kegiatan kemasyarakatan lainnya. Pecatu dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dipilih langsung oleh masyarakatnya melalui Pilkades dan disebut dengan Perbekel, sedangkan lembaga adat atau Desa Adat pecatu dipimpin oleh seorang tetua adat yang dipanggil dengan sebutan Bendesa Adat. Perbekel memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan pemerintahan secara kedinasan yang dibantu oleh Sekretaris Desa (Sekdes) dan para Kepala Lingkungan yang berjumlah Sembilan orang dari masing-masing banjar dinas yang ada, sedangkan seorang Bendesa Adat memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk menyelenggarakan segala kegiatan adat dengan dibantu oleh beberapa orang tetua lain yang disebut sebagai Parajuru Adat dan 16 Kelian Tempek yang ada dilingkungan Desa Pecatu.
Keberadaan LPD Desa Adat Pecatu yang merupakan lembaga perbankan pedesaan ini memberikan kontribusi yang luasr biasa bagi pertumbuhan pembangunan di Desa Pecatu. Lembaga Perbangkan yang dimiliki oleh Desa Adat Pecatu ini menjadi satu-satunya lembaga perbankan yang menguasai hampir seluruh perekonomian masyarakat disamping beberapa kelompok koperasi yang dikembangkan.
Dahulunya Desa Pecatu dikenal sebagai sebuah daerah pesisir Pulau Bali yang sangat gersang dan tandus, namun seiring dengan perkembangan pariwisata yang mulai menyapa Bali sebagai sebuah destinasi wisata internasional, Pecatu kemudian berkembang dengan sangat cepat. Keindahan pesisir tebing disepanjang wilayah Desa Pecatu menarik minat berbagai kalangan investor untuk mencoba berinvestasi di desa ini. Desa Pecatu yang dikelilingi oleh tebing-tebing yang sangat indah mampu mengundah para investor untuk berlomba-lomba menanamkan modalnya disini. Hampir seluruh pinggiran tebing saat ini telah dikuasai oleh investasi luar dan hanya sebagian yang masih dimiliki dan dikembangkan oleh masyarakat lokal. Bisnis pariwisata yang melesat begitu cepat pasca krisis moneter tahun 1997 dan mulai bergerak ke arah yang semakin baik di Tahun 1999 membawa angin segar bagi masyarakat Desa Pecatu untuk ikut merasakan nikmatnya kue pariwisata yang juga menghampiri wilayah ini.
Desa Pecatu memiliki beberapa tempat wisata yang biasa dikunjungi oleh wisatawan mancanegara ataupun wisatawan domestik, mulai dari Pura Uluwatu yang begitu tersohor didunia, Pantai Suluban yang merupakan spot surfing paling menantang di Bali, Padang-padang beach yang semakin terkenal setelah film Eat, Pray & Love yang dibintangi oleh Julia Roberts, Pantai Bingin yang dikenal dengan sebutan imposible beach oleh para peselancar, Pantai Nyang-Nyang yang masih sangat terawat keasliannya, Pantai Balangan yang berbatasan langsung dengan Pantai Dreamland yang memiliki pemandangan laut yang sangat indah. Selain pantai didekat Pantai Dreamlamnd juga terdapat wahana air Green Park yang biasanya sering dikunjungi oleh wisatawan domestik selepas mereka berpanas-panas di pantai.
Berbagai hotel dan restaurant juga dapat anda temui di Desa Pecatu, mulai dari Bulgari Hotels & Resorts, Alilla Villas Uluwatu, Anantara Hotel, Blue Point By Villas & Spa, The Meritus, New Condotel dan masih banyak lagi hotel maupun penginapan kecil disekitar Desa Pecatu. Selain hotel, beragam restaurant juga menghiasi setiap sudut strategis yang sering dimanfaatkan oleh wisatawan asing untuk menikmati beragam masakan yang disediakan baik masakan lokal ataupun western food. Selain hotel dan restaurant, di Desa Pecatu juga terdapat beberapa tempat atau venue wedding yang selalu menjadi pilihan para selebritis Indonesia maupun wisatawan untuk melangsungkan pernikahannya di Bali.
Pengelola Tari Kecak Uluwatu
Siapakah pengelola Tari Kecak Uluwatu?
Tari Kecak Uluwatu adalah murni kelompok seni atau sekaa yang merupakan perkumpulan seni masyarakat Desa Adat Pecatu. Sebagai sebuah kelompok seni yang bergerak dibidang jasa pengadaan atraksi wisata di Pura Uluwatu, masing-masing kelompok memiliki pengurus dan pengelola masing-masing. Patut dicatat bahwa di kawasan wisata Pura Uluwatu terdapat dua kelompok kesenian Tari Kecak, masing-masing adalah Sekaa Tarian Kecak di Uluwatu dan Sekaa Tari Kecak Karang Boma.
Kedua kelompok tari tersebut memiliki manajemen tersendiri dengan struktur kepungurusannya masing-masing, namun tergabung kedalam satu sanggar tari yang membawahi kedua kelompok tersebut. Sanggar Tari dan Tabuh Karang Boma adalah sanggar tari yang menaungi kedua kelompok seni tersebut. Pada masing-masing kelompok tari akan terdapat Ketua, Wakil Ketua, sekretaris, bendahara dan team penjualan atau yang sering disebut dengan sales. Untuk saat ini kelompok Tari Kecak Uluwatu diketuai oleh Bpk. I Made Sutanaya yang juga merupakan wakil ketua dari Sanggar Tari & Tabuh Karang Boma Desa Adat Pecatu. Sedangkan kelompok Tari Kecak Karang Boma saat ini dpimpin oleh ketua I Wayan Mosin Arjana. Kedua ketua kelompok tari di atas selain menjalankan operasional tari kecak dalam kesehariannya juga merupakan pegawai tetap di hotel sekitar kawasan wisata Pura Uluwatu. Berbekal dengan pengalaman yang diperoleh dari disiplin ilmu perhotelan pengelolaan Tari Kecak Uluwatu juga mengedepankan pelayanan yang sempura untuk menciptakan kepuasan bagi seluruh customer yang mengunjungi kami.
Sekaa Tari Kecak Uluwatu dan Sekaa Tari Kecak Karang Boma bernaung dibawah satu sanggar tari yang bernama Sanggar Tari dan Tabuh Karang Boma, sanggar tari ini membawahi beberapa kesenian termasuk juga seni tari dan seni tabuh, Sanggar Tari dan Tabuh Karang Boma merupakan perpanjangan tangan dari Desa Adat Pecatu yang mengurusi masalah pengembangan kesenian di Desa Pecatu, secara langsung bertanggung jawab ke Bendesa Adat Pecatu yang merupakan pimpinan adat tertinggi di desa Adat Pecatu. Oleh karena hirarki kepengurusan dan pengelolan seperti yang telah diuraikan di atas, maka seluruh kelompok seni/sekaa kecak yang ada di Kawasan Pura Uluwatu bertanggung jawab kepada pimpinan tertinggi desa adat dimana sekian persen dari hasil penjualan tiket tari kecak merupakan pajak yang harus disetorkan kepada desa adat setempat.
Dengan keberadaan Tari Kecak Uluwatu, secara ekonomi masyarakat terbantu untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, inilah yang kemudian mendorong pengelola untuk selalau fokus dan mencari terobosan baru dalam pengelolaan kelompok kesenian ini, karena kami semua sadar bahwa dengan tetap memberikan pelayanan yang sempurna dan kualitas pementasan yang terbaik maka diharapkan para wisatawan yang ke Bali selalu memasukkan Pura Uluwatu dan Tari Kecak Uluwatu ke dalam list tempat wisata di Bali yang akan mereka kunjungi.
Wisatawan Ke Kawasan Wisata Pura Uluwatu
Tari Kecak Uluwatu meningkatkan kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Pura Uluwatu
Bagaimanakah peran tari kecak di Uluwatu untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Pura Uluwatu?
Titik perkembangan pariwisata Bali yang mulai bergerak ke arah yang lebih menjanjikan terjadi dalam kurun waktu antara tahun 1990 s/d 1999 dimana investasi besar-besaran mulai menjamah berbagai wilayah yang memiliki potensi pariwisata di Bali. Kehadiran beberapa investor yang mulai menanamkan modalnya dikurun waktu tersebut membuat pariwisata di Bali lebih bergeliat lagi, namun krisis moneter yang menerjang Indonesia pada tahun 1997 cukup membuat pariwisata Bali agak kelimpungan, dan patut disyukuri recovery terjadi sangat cepat dimana pada tahun 1999 tingkat kunjungan wisatawan kembali pada titik yang sangat menjanjikan.
Demikian pula yang terjadi pada Kawasan Wisata Pura Uluwatu, kembang surut iklim pariwisata membuat kawasan ini harus melewati masa-masa yang sangat sulit untuk mensejajarkan diri dengan destinasi wisata ditempat maupun negara lain yang menjadi destinasi wisata favorit para wisatawan. Kebangkitan pariwisata Bali yang kembali bergerak kearah yang lebih bagus pada tahun 1999 juga menjadi keuntungan tersendiri bagi Pura Uluwatu. Pura Uluwatu yang merupakan kawasan suci bagi umat hindu ini juga dikembangkan sebagai salah satu tempat wisata yang disiapkan untuk para wisatawan yang berkunjung ke Bali. Pura Uluwatu yang mulai dikenal oleh wisatawan dari berbagai negara tersebut mulai ramai dukunjungi setiap harinya. Pura Uluwatu mulai dilirik oleh para wisatawan setelah beberapa penulis kemudian menceritakan pesona keindahan kawasan ini melalui tulisan-tulisan mereka yang tersebar di internet maupun surat kabar lain.
Hal ini sangat menguntungkan Desa Adat Pecatu sebagai Pengelola Kawasan Wisata Uluwatu untuk melalukan gebrakan lain guna mendorong pertumbuhan wisatawan yang semakin besar. Melalui ide cemerlang masyarakat setempat yang tergabung di dalam Kelompok Dagang Pura Uluwatu mulailah dicetuskan ide untuk menambahkan sebuah atraksi wisata yang dapat dinikmati para wisatawan. Penambahan atraksi wisata ini dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah bagi kawasan, sehingga wisatwan yang datang berkunjung tidak hanya dapat mengamatai lebih dekat Pura Uluwatu namun juga dapat secara langsung bersentuhan dan mengenal budaya dan kesenian Bali. Tari kecak Bali kemudian dipilih sebagai atraksi wisata yang akan disiapkan untuk para wisatawan.
Sejak berdiri pada tahun 1999 Tari Kecak Uluwatu telah berhasil menyita perhatian dunia melalui dengan menghadirkan sebuah pementasan tari bali yang dikemas dengan sangat menghibur di Open Air Stage Pura Uluwatu. Pemilihan tari kecak Bali sebagai atraksi wisata dikawasan ini sangatlah tepat selain karena kecak merupakan tarian yang begitu unik dibandingkan dengan jenis tarian lain, juga sangat dibantu oleh lokasi stage yang sangat strategis dengan pemandangan yang menarik untuk dinikmati oleh para wisatawan. Hal inilah yang kemudian meyakinkan para travel agen untuk mulai membuka kran selebar-lebarnya untuk paket wisata Tari Kecak Uluwatu yang dirangkai dengan beberapa tempat wisata lainnya. Dengan kehadiran atraksi kecak di kawasan wisata Pura Uluwatu, para wisatawan memiliki alasan lebih untuk terus datang berkunjung, selain dapat mengamati lebih dekat keberadaan Pura di Uluwatu sebagai warisan sejarah Agama Hindu di Bali, kawasan wisata Pura Uluwatu juga menawarkan keindahan alam sekitar, dan tentunya Tari Kecak Uluwatu.
Kehadiran atraksi Tari Kecak yang dipentaskan setiap hari pada sore hari tersebut telah berhasil membuat lonjakan kedatangan wisatawan yang berkunjung pada sore harinya. Kebanyakan wisatawan memilih untuk berkunjung ke Pura di Uluwatu pada waktu sore hari, selain karena pemandangan disekitar dan sunset, kehadiran atraksi Tari Kecak Uluwatu juga mampu menjadi alasan lain bagi wisatawan untuk memilih waktu berkunjung di sore hari. Ribuan penonton yang selalu memadati Uluwatu Open Air Stage adalah bukti nyata kontribusi Kecak dance Uluwatu untuk mendatangkan lebih banyak lagi wisatawan yang berkunjung ke Uluwatu.
Sesuai dengan data yang diberikan oleh pengelola setempat, jumlah kunjungan wisatawan semakin meningkat sejak ditambahkannya atraksi tari kecak di Pura Uluwatu, rata-rata kunjungan wisatawan ke Uluwatu Bali sebelum adanya Tari Kecak adalah berkisar antara 700 orang sampai dengan 1000 orang setiap harinya, namun semenjak Tari Kecak hadir menjadi atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh para wisatawan lonjakan kedatangan wisatawan berkisar di angka 2500 orang sampai dengan 3000 orang setiap harinya. Hal ini menjadi keuntungan bagi pengelola kawasan wisata Pura Uluwatu dan tentunya bagi pemerintah Kabupaten Badung dalam meraup Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui tempat wisata yang satu ini.
Tari Kecak di Uluwatu
Tari Kecak di Uluwatu dalam usaha penyelamatan lingkungan
Bagaimanakah peran Tari Kecak di Uluwatu dalam usaha penyelamatan lingkungan dan pengelolaan sampah di Kawasan Wisata Pura Uluwatu?
Sebagai sebuah perkumpulan seni yang menggantungkan penghasilan anggotanya melalui pergelaran pertunjukkan kesenian di kawasan Pura yang ada di Uluwatu, Tari Kecak di Uluwatu memiliki komitmen untuk berperan aktif dalam mendorong anggotanya dengan melakukan kegiatan kebersihan secara rutin dikawasan ini. Selain menjaga kebersihan di areal Open Air Stage Pura Uluwatu anggota Tari Kecak di Uluwatu juga diharuskan untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar Pura di Uluwatu.
Beberapa tindakan nyata penyelamatan lingkungan dan pengelolaan sampah yang telah dilakukan dan merupakan agenda tetap Tari Kecak di Uluwatu antara lain:
1. Melakukan kegiatan gotong royong secara rutin yang diadakan setiap sebulan sekali secara bergiliran. Kegiatan yang dilakukan setiap bulannya ini merupakan sebuah komitmen Tari Kecak di Uluwatu untuk penyelamatan lingkungan dan menjaga warisan budaya leluhur berupa Pura yang secara turun temurun diwariskan kepada masyarakat adat Desa Pecatu untuk dijaga kelestariannya. Dengan melakukan kegiatan gotong royong secara rutin setiap bulannya, Tari Kecak di Uluwatu telah berperan akftif dalam usaha penyelamatan lingkungan sekitar yang selalu ramai dikunjungi oleh para wisatawan.
2. Berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong yang diadakan setiap 6 bulan sekali pada saat odalan (upacara) di areal Pura, kegiatan ini biasanya diadakan pada hari minggu 2 hari sebelum upacara berlangsung yang biasanya jatuh pada hari selasa. Dan diikuti oleh group kecak yang lainnya setelah upacara berakhir untuk melakukan kegiatan pembersihan kawasan Pura Uluwatu dari sisa-sisa sampah yang berasal dari kegiatan upacara.
3. Berpartisipasi dalam pengadaan tempat sampah diseputar Kawasan Wisata Pura Uluwatu. Kegiatan pengadaan tempat sampah berupa tong-tong sampah yang disebar diseluruh kawasan dimaksudkan untuk mengundang partisipasi pengunjung atau wisatawan untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
4. Pemasangan papan peringatan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Pada titik-titik tertentu disekitar kawasan wisata Uluwatu telah dipasangi papan peringatan berupa larangan untuk membuang sampah secara sembarangan. Papan yang dibuat khusus sebagi peringatan dini kepada setiap orang yang berada di kawasan wisata Pura untuk tidak mengotori kawasan pura dengan membuang sampah pada tempat-tempat yang sudah disediakan.
5. Membangun budaya malu membuang sampah sembarangan kepada seluruh anggota Tari Kecak di Uluwatu melalui aturan internal dimana mereka yang membuang sampah sembarangan akan dikenakan denda dan sanksi.
6. Selalu konsisten menyelipkan pengarahan kepada seluruh anggota pada rapat-rapat anggota Tari Kecak di Uluwatu untuk senantiasa berperan aktif dalam hal penyelamatan lingkungan dengan tidak membuang sampah secara sembarangan dan mengembangkan budaya pungut sampah ketika melintas dikawasan Pura Uluwatu.
Beragam tindakan dan aksi nyata yang telah dilakukan oleh Tari Kecak di Uluwatu telah menjadi sebuah kebiasaan dan budaya yang terus dikembangkan untuk tetap berpartisipasi dalam menjaga lingkungan sekitar. Hal ini tentunya sangat sejalan dengan prioritas pembangunan Desa adat Pecatu sebagai pemerintah desa yang mewilayahi kawasan ini untuk focus di tahun 2014 ini terhadap penanggulangan dan pengelolaan sampah untuk lingkungan yang bersih dan sehat.
Komitmen Tari Kecak di Uluwatu di Tahun 2014 terhadap pengelolalan sampah juga telah dibuktikan dengan mengikutsertakan seluruh anggota dalam kegiatan gotong royong peduli sampah plastic yang dilakukan dengan menggandeng anggota Koramil setempat dan perusahaan PT. Buyer Indonesia yang merupakan perusahan farmasi di Jakarta untuk bersama-sama melakukan aksi kebersihan pada awal tahun 2014 ini.